POHON EKSISTENSI IBNU ‘ARABI (Bagian 2)

Perkataan-Nya dalam dirinya sendiri adalah Perbuatan.

Sekarang saya memperhatikan alam semesta yang mengelilingi kita dan berpikir bagaimana segala sesuatu terjadi (tercipta) dan berusaha untuk memecahkan misteri yang disandikannya, dan perhatikanlah! saya melihat bahwa seluruh alam semesta ini tidak lain adalah sebuah Pohon.
Pohon yang cahaya kehidupannya datang dari sebuah benih yang pecah ketika Allah berkata kun! Benih dari huruf K dipupuk dengan huruf N dari nahnu (Kami), tercipta ketika Allah berfirman :

Kami lah yang telah menciptakanmu
(Q.S Al-Waqi’ah,57)

Kemudian dari gabungan dua benih ini tumbuh dua tunas yang bersesuaian dengan janji Allah :

Sesungguhnya Kami telah menciptakan segala sesuatu sesuai dengan fithrahnya
(Q.S Al-Qamar, 49)

Tetapi akar dari dari dua tunas ini hanyalah tunggal.
Akar itu adalah Kehendak Sang Pencipta, dan apa yang menumbuhkannya adalah Kekuasaan-Nya.
Kemudian dari esensi huruf K dari kata ilahiah kun, lahirlah dua makna yang berlawanan :
Kamaliyah, kesempurnaan, sebagaimana disebutkan Allah dalam firman-Nya :

Pada hari ini telah Ku sempurnakan agamamu dan telah Kulengkapkan Rahmat-Ku padamu serta Kupilihkan Islam sebagai agamamu.
(Q.S. Al-Ma’idah,3)

dan kufriyyah, keingkaran (kekufuran), sebagaimana firman Allah:

Maka sebagian dari mereka beriman dan sebagian lagi kufur
(Q.S. Al-Baqarah, 253)

Demikian juga dari hakikat kata N beremanasi makna-makna berlawanan dari nur al-ma’rifah (cahaya pengetahuan) dan nakirah (gelapnya kebodohan). Karena itu ketika Allah mengeluarkan mahluk-Nya dari Harta Tersembunyi ketidakberadaan menuju eksistensi, bersesuaian dengan keadaan dan bentuk yang telah ditetapkan sebelumnya (kodratnya), Dia memancarkan cahaya ilahiah-Nya terhadapnya. Siapapun yang terkena cahaya itu dapat melihat Pohon Eksistensi yang tumbuh dari benih perintah ilahiah kun yang melingkupi seluruh alam semesta. Dan mereka yang tercerahkan ini mengetahui rahasia K dalam kata kuntum (kamu), sebagaimana firman Allah :

Kamu sekalian adalah ummat terbaik yang dilahirkan, yang menyuruh pada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran dan kamu beriman kepada Allah
(Q.S. Ali ‘Imran, 109)

Mereka juga menembus makna tersembunyi dari kata terakhir N dari kun sebagai nur (cahaya), sebagaimana firman Allah :

Apakah dia yang hatinya telah Allah bukakan kepada Islam sehingga dia mengikuti cahaya dari Tuhan-nya (tidak lebih baik dari dia yang keras hatinya)?
(Q.S Az-Zumar,22)

Tetapi mereka yang menyembunyikan dirinya sendiri dari cahaya ilahiah ketika Allah memancarkannya pada mahluk-Nya juga berkewajiban mengetahui makna tersembunyi dari huruf-huruf kata kun sebagaimana Allah mengucapkannya. Barangsiapa yang dirinya tetap ada dalam kegelapan akan gagal mengetahui kebenaran dan membayangkan huruf K singkatan dari kufr, yang maknanya kegelapan dimana mereka berdiri didalamnya, menyembunyikan segala sesuatu dari mata. Mereka akan membayangkan bahwa huruf N singkatan dari nakirah, yang berarti kebodohan. Mereka menjadi putus asa, dan dalam keputusasaannya tidak dapat mempercayai Pencipta-nya.

Dengan demikian banyak dari segala sesuatu yang diciptakan tergantung pada bagian pemahamannya atas misteri dua huruf tersebut, yang menjadi penyebab setiap eksistensi. Buktinya ada dalam kata-kata Rasulullah, yang bersabda :
Sesungguhnya Allah menciptakan mahluk dalam alam kegelapan total, kemudian memancarkan cahaya ilahiah-Nya terhadapnya. Barangsiapa yang terterangi oleh cahaya tersebut akan tercerahkan dan terbimbing dengan baik. Dan barangsiapa tersembunyi dari cahaya tersebut dan tak tersentuh dengannya akan sesat dan rugi.
(Ahmad bin Hanbal)

Ketika bapak kita Adam, manusia pertama yang Allah ciptakan, membuka matanya – ketika Allah meniupkan ruh-Nya padanya- dia memperhatikan eksistensi lainnya. Dan dia melihat bahwa itu adalah sebuah lingkaran. Segala sesuatu berevolusi sekitar lingkaran Kemenjadian dan Kemengadaan. Kenyataannya ada dua lingkaran, yang satu berupa api dan lainnya adalah tanah yang basah. Dan dia melihat bahwa evolusi alam semesta adalah manifestasi dari perintah ilahi kun – sebab, kekuatan, urutan kemenjadian sebab akibat, tanpa gagal dan selamanya datang darinya.

Sebagaimana tidak ada dan tak ada sesuatu pun yang keluar dari lingkaran berputar ini, begitupun tidak ada yang dapat dikecualikan, ia adalah apa yang mereka lihat dan mereka peroleh. Sebagian akan melihat K sebagai Kesempurnaan dan berjuang untuk sempurna, dan sebagian akan melihatnya sebagai Kekufuran dan menjadi orang kafir. Sebagian akan mendapat pencerahan dalam makna huruf N dan menjadi bijak, yang lainnya akan menemukan kenyamanan dalam ketidakpeduliannya dan mengira huruf N sebagai pilihan pada kebodohan atas kesadaran.

Tak ada yang dapat menyelamatkan mereka dari akibat kepercayaannya pada apa yang mereka pandang sebagai kebenaran. Ini ditetapkan oleh Dia yang menciptakan mereka dan apa yang mereka lihat, serta apa yang mereka pahami dari apa yang mereka lihat. Setiap orang terikat untuk tetap dalam keliling lingkaran yang diatasnya mereka berputar. Tak ada yang bisa menjadi selain dari apa yang Dia kehendaki yang berkata Jadilah!, dan semuanya terjadi. Segala sesuatu menghadap ke pusat lingkaran kun dan tergantung padanya dalam segala perwujudannya.

Kemudian engkau juga melihat pada Pohon Eksistensi itu, yang dahan-dahannya melingkupi seluruh alam semesta. Meskipun setiap dahan, setiap daun, setiap buah berbeda, mereka semua berasal dari benih tunggal, benih cinta yang dinamakan kun. Ketika bapak kita Adam dibawa Allah ke sekolah untuk belajar, untuk menjadi manusia yang ditetapkan menjadi khalifah Allah di alam semesta ini, pertama kali dia diajarkan semua nama segala sesuatu yang eksis.
Kemudian dalam kekaguman dia berjumpa dengan kata kun, perintah ilahiah Jadi, sebab dari semua yang ada. Apa artinya? Dia mencari maksud Dia yang membawa semua ini menjadi ada dan melihat bahwa huruf pertama K berhubungan dengan kata kanziyyah (Harta Yang Tersembunyi), ketika Allah berfirman :

Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi dan Aku suka untuk dikenal, maka Aku ciptakan mahluk sehingga dengan demikian Aku dapat dikenal.

Dan dalam kata terakhir N, dia melihat identitas Pencipta, ketika Dia berkata Ana Allah (Aku adalah Allah)

Sesungguhnya Aku adalah Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku
(Q.S. Thaa Haa, 14)

Kemudian setelah beberapa kejadian, diturunkan padanya bahwa K pada kanziyyah menunjukkan pemberian dari Allah atasnya dan keturunannya dalam kata karam (kemuliaan) Tuhannya, seperti yang dijanjikan dalam firman-Nya:

Dan sesungguhnya Kami memuliakan anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rizki dari  yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka jauh diatas kebanyakan mahluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna
(Q.S Bani Isra’il, 70)

Dan juga, K berarti untuk Adam adalah kuntiyyah (menjadi, dari ‘Saya menjadi’) dalam janji Allah, ketika Dia berfirman 
Ketika hamba-Ku yang beriman datang mendekat pada-Ku dengan melakukan ibadah tambahan, dia mencintai-Ku dan Aku mencintainya; dan ketika Aku mencintainya, Aku menjadi penglihatannya yang dengannya dia melihat, Aku menjadi pendengarannya yang dengannya dia mendengar, dan Aku menjadi tangannya yang dengannya dia memegang….

Dan dia memahami bahwa huruf N pada Ana Allah dimaksudkan untuk memancarkan nur, cahaya ilahi, atasnya dan atas mereka yang seperti dia, sebagaimana Allah berfirman :

Apakah sama orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar dari sana?
(Q.S. Al-An’am, 122)

Dan N dalam kun menunjuk pada N dalam kata ni’mah, nikmat dari Allah, dalam firman-Nya :

Dia telah memberikan padamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menghitungnya.
(Q.S. Ibrahim, 34)

Inilah beberapa yang bapak kita Adam pelajari tentang kata ilahiah kun dalam sekolah Allah di surga – bukan semuanya. Kita hanya  menyebutkan sedikit dari yang sedikit. Selebihnya akan dibahas kemudian.
Sekarang Setan yang terkutuk pergi ke sekolah yang sama di surga, dan selama empat puluh ribu tahun dia belajar, meneliti rahasia-rahasia dalam huruf-huruf dari kata kun. Tetapi Guru Ilahiah berkehendak bahwa dia semestinya bergantung pada kekuatan dirinya dan merasa yakin dan bisa melakukan sesuatu dengan dirinya sendiri. Maka ketika dia meneliti makna dari huruf K dia menghubungkannya dengan kebergantungannya hanya pada dirinya sendiri dan atas keingkarannya pada setiap kekuatan lain selain dirinya sendiri, sebagaimana yang difirmankan oleh Tuhannya:

Dia dengan bangga menolak untuk tunduk pada Allah dan menyombongkan diri…
(Q.S. Al-Baqarah, 34)

Dan dia melihat dalam huruf N sifat dasar dirinya yang berapi-api dalam kata nar (api), dan dia berkata :

Aku lebih baik daripada Adam: Engkau telah menciptakanku dari api, sedangkan Engkau menciptakannya dari tanah.
(Q.S. Al-A’raf, 12)

Dengan begitu kufr yang setan identifikasikan dalam huruf K memaksanya kepada nar yang dengannya dia melihat dalam huruf N, dan ketetapannya serta ketetapan yang seperti dirinya telah ditentukan :

Maka mereka dilemparkan kedalam api Neraka
(Q.S. Asy-Syura, 94)

Ketika bapak kita Adam melihat pada Pohon Eksistensi, dalam keindahan berbagai macam bunga dan buah-buahan yang ada pada sebegitu banyak dahan-dahannya, dia meninggalkan semuanya kecuali berpegangan pada dahan

Sesungguhnya Aku adalah Allah, tidak ada tuhan melainkan Aku
(Q.S Tha Haa, 14)

Dia mengetahui bahwa itu hanyalah satu-satunya yang meyakinkan dan tak dapat diubah. Maka dia berlindung dalam keselamatan dari kesendirian dalam ketunggalan Tuhannya. Sementara dalam keadaan persatuan, berita tanpa suara dan tanpa kata datang kepada keduanya, dia dan ibu kita Hawa:

Wahai Adam, tinggalah kamu dan istrimu di surga dan makanlah dari apa yang kamu suka, tapi janganlah kamu dekati pohon ini
(Q.S Al-A’raaf, 19)

Tetapi Setan yang terkutuk tidak akan tinggal diam. Dia berpegangan pada dahan imajinasi palsu, dia berkehendak untuk menggoda mereka. Dalam kenyataannya dia berhasil, dan membuat Adam dan Hawa makan dari pohon terlarang. Dan mereka melanggar perintah Tuhannya :

…janganlah mendekati pohon ini

Tetapi mereka sadar apa yang telah mereka perbuat adalah salah. Maka ketika mereka tergelincir dari kedamaian persatuan mereka dengan Tuhannya, mereka bergantung pada dahan penyesalan dan berkata :

Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri; dan jika Engkau tidak memaafkan kami atau tidak memberi rahmat pada kami, sungguh kami termasuk orang-orang yang merugi.
(Q.S Al-A’raaf,23)

Dan berpeganganlah pada dahan tersebut, yang menyelamatkannya, mereka menerima perkataan dalam bentuk buah-buahan yang manis yang tumbuh darinya:

Kemudian Adam menerima perkataan dari Tuhannya lalu Dia pun menerima tobatnya; sungguh Dia Maha Penerima tobat, Maha Penyayang
(Q.S Al-Baqarah, 37)

Ada suatu saat yang disebut Hari Penyaksian, dan pada saat itu dibawah semua saksi mata, menyaksikan, setiap jiwa akan mendengar Tuhannya berfirman :

Apakah Aku ini Tuhanmu?
(Q.S Al-A’raaf, 172)

Dan mereka semua berkata :

Ya; kami semua bersaksi.
(Q.S. Al-A’raaf, 172)

Tetapi mereka akan bersaksi sebatas apa yang mereka pernah lihat dan ketahui, meskipun mereka semuanya menjawab dalam persetujuan, dengan berkata, ‘Ya, sesungguhnya’. Mereka yang telah melihat kecantikan Hakikat Tuhannya akan berkata :

Tak ada sesuatu pun yang menyamai-Nya
(Q.S. Asy-Syura,11)

Mereka yang telah melihat kecantikan Sifat-Sifat Ilahiah-Nya akan berkata :

Dialah Allah, tiada tuhan selain Dia. Maha Raja yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Menjaga Keamanan, Pemelihara Keselamatan, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah Yang Menciptakan…
(Q.S Al-Hasyr, 23-24)

Mereka yang hanya berpikir tentang Allah dalam hubungannya dengan keindahan segala sesuatu yang telah Dia ciptakan akan  membayangkan Tuhan mereka dengan berbeda, sesuai dengan kesan-kesan mereka atas sesuatu yang mereka lihat. Sebagian akan menempatkan Tuhan dalam kerangka ruang dan waktu yang terbatas.  Sebagian bahkan akan berpikir bahwa Dia tidak ada. Dan sebagian akan membuat suatu bentuk dari batu dan menyangkanya sebagai Dia. Celaka bagi mereka yang ketetapannya adalah ini! Dan mereka berkata :

… tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami
(Q.S. At-Taubah,51)

Bersambung ke bagian 3

* *
Dari buku The Tree of Being (Shajarat al-Kawn) An Orde to the Perfect Man karangan Ibn’ Arabi. Diterjemahkan oleh AAUWABDDAM (Ayatullah Al Uzma Wa’Arif Billah Deddy Djunaidi Antafani Masyhadi).